Tak terasa sudah hampir dipenghujung tahun, dan pandemi Covid-19 ini belum ada tanda-tanda akan lenyap dari muka bumi. Jujur, melihat angka-angka korban yang sakit maupun meninggal yang seringkali dibagikan oleh rekan-rekan disosial media, makin membuat nyali ini menciut.
Bagaimana tidak?
Aktivitas terbatas, kalau tidak penting-penting banget ,sebaiknya pikir panjang untuk keluar rumah.Ini saja aku baru saja menghadiri undangan resepsi pernikahan tetangga sebelah rumah. Cukup paranoid juga jika bertemu dengan banyak orang yang tentu saja sulit dihindari. Untungnya sang pranatacara selalu mengingatkan tentang 3M, sebagai upaya mencegah sekaligus memutus rantai penularan COVID-19. Buat yang belum tahu apa itu 3M, yaitu:
Beberapa waktu lalu, tetangga satu kampungku ada yang dicurigai terkena virus Covid-19.
Jadi ada salah satu anaknya yang harus mondok di rumah sakit karena sudah terkena virus Covid-19.Atas inisiatif warga , kami satu RT melakukan aksi "jogo tonggo" yaitu ikut meringankan masalah satu keluarga yang terdiri dari kakek-nenek-2 anaknya-2 menantunya dan 3 cucunya , yang sementara waktu dikarantina mandiri didalam rumahnya supaya tidak menyebarkan virus kalau-kalau mereka OTG (Orang Tanpa Gejala). Sebab, mereka dapat berpotensi menyebarkan virus lebih luas lagi apabila masih bersinggungan dengan orang lain.Apalagi saat itu masih belum ada pemberitaan tentang penemuan
Vaksin Corona.
Jadi warga kampung bergiliran memberikan sembako dan makanan siap makan agar mereka bisa tetap sehat tanpa keluar rumah terlebih dahulu, yang diantarkan ke depan rumah.
Puji Syukur, kini mereka sudah dinyatakan bebas dari Virus Covid-19.
Beberapa waktu lalu , aku sempat menghadiri acara Bimbingan Teknis yang dihelat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Semarang (Disbudpar). Salah satu acaranya , ada sesi dialog bersama pemerintah kota tentang menghadapi pandemi Covid-19 di Era new normal ini.
Di acara tersebut, aku sempat menanyakan, bagaimana yang harus dilakukan berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk dimulainya aktivitas sekolah.
Tentu saja aku sebagai orangtua dari anak-anak yang sudah bersekolah , merasa was-was ketika mendengar adanya wacana akan dibuka kembali kegiatan belajar mengajar disekolah secara laring tahun depan yang kurang dari 1 bulan ini.
MENGHADAPI PANDEMI SAAT KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DISEKOLAH
Melihat situasi sekarang,sejak PSBB transisi menuju new normal diberlakukan, hampir semua aktivitas mulai berjalan seperti biasa. Para karyawan sudah bekerja dari kantor lagi, serta mal dan pusat perbelanjaan kembali dibuka. Namun demikian sekolah dan kuliah, kegiatan belajar-mengajarnya masih dilakukan secara online dari rumah.
Namun, ada tanda tanya besar buatku , mungkinkah anak-anak kembali sekolah di era new normal yang notabene hampir semua kota masih belum terbebas sedikit pun dari pandemi Covid-19?
Dari berita yang kubaca, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kini tengah berancang-ancang membuka kembali aktivitas sekolah di tengah pandemi Covid-19 .Rencananya, sekolah akan dibuka secara bertahap. Mulai dari tingkat SMP-SMA sederajat, disusul oleh tingkat SD-sederajat dan tingkat PAUD-sederajat setelahnya.
Menurut Mendikbud Nadiem Makarim, hanya sekolah di zona hijau saja yang diperbolehkan menggelar kegiatan belajar-mengajar tatap muka, itu pun dengan protokol kesehatan yang ketat.
Padahal, hanya ada sekitar 6 persen saja peserta didik yang berada di daerah zona hijau. Sedangkan 94 persen lainnya tersebar di zona merah, oranye, dan kuning. Jika ternyata daerah tersebut berubah statusnya menjadi zona kuning, oranye, atau merah, kegiatan belajar-mengajar tatap muka harus dihentikan.
Aku pun merasa ada penurunan kualitas sejak sekolah diberlakukan dengan sistem daring seperti ini. Guru dan murid tidak bisa bertatap muka secara intensif, anak menjadi lebih malas belajar, namun dibebani tugas yang sebegitu banyaknya.
Apalagi saat ada Tes atau ulangan, gugling menjadi senjata mereka jika sudah mentok, atau bertanya pada orang-orang yang lebih tahu didekatnya. Benar-benar tidak efektif dan kurang persiapan. an sejatinya, anak-anak pun stres karena tidak bisa berkumpul dengan teman-temannya, dilanda kejenuhan berbulan-bulan didalam rumah.
Dengan adanya wacana dibukanya kembali sekolah yang bertatap muka, maka hal yang bisa kita lakukan sebagai orangtua adalah:
5 Tips Aman Kembali ke Sekolah di Era New Normal
1.Menjelaskan Kepada Anak Apa yang Dimaksud dengan Era New Normal
Berikan edukasi secukupnya sesuai usia mereka tentang era New Normal.
New normal adalah kondisi dimana aktivitas tetap berlangsung seperti biasa termasuk sekolah, namun bukan berarti virus corona sudah mereda. Orangtua perlu memberi gambaran ini kepada anak supaya mereka tetap waspada ketika nantinya kembali ke sekolah. Kebetulan anak keduaku naik dari jenjang pendidikan dasar ke SMP. Tugasku untuk memberikan gambaran kepadanya tentang perbedaan sekolah, lingkungan dan teman-teman barunya nanti. Motivasi yang baik perlu dilakukan supaya mereka dapat menyesuaikan diri dan menjalani semuanya dengan lancar.
2.Memberi penjelasan bahwa virus Corona itu berbahaya
Dengan banyaknya aktivitas manusia dibanding beberapa bulan lalu tidak berarti virus Corona sudah "melunak". Pandemi ini masih sama bahayanya seperti dulu, untuk itu perlu dilakukan pemahaman yang baik agar mereka tetap waspada dengan lingkungan yang baru. Salah satunya adalah memberikan edukasi kepada anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan jika masuk sekolah selama pandemi virus corona masih berlangsung. Dengan contoh-contoh nyata yang sudah dibiasakan jauh-jauh hari sebelum masuk sekolah sehingga menjadi kebiasaan bagi mereka.
 |
Contoh bekal sehat dan higienis dari rumah. |
3.Jadikan Protokol kesehatan sebagai Gaya hidup sehari-hari
Protokol kesehatan yang harus ditaati selama di sekolah antara lain:
- Memakai masker kain.
- Selalu membawa hand sanitizer di saku seragam agar tidak terlupa.
- Rajin mencuci tangan dengan sabun yang disediakan di lingkungan sekolah.
- Menjaga jarak dengan teman saat di sekolah.
- Bawakan anak bekal atau jajanan dari rumah agar lebih higienis.
- Hindari bersalaman dengan semua warga sekolah.
- Menjauhi kontak dengan orang di lingkungan sekolah yang terlihat sakit.
- Tidak berbagi makanan dan minuman dengan teman.
- Makan makanan yang bergizi jika terpaksa jajan disekolah, agar tidak gampang terserang penyakit.
- Menjauhi anak atau orang yang terkena gejala batuk atau flu sebagai tindakan pencegahan.
4. Membiasakan diri untuk Disiplin
Hampir setahun lebih anak-anak tidak bersekolah diluar rumah. Tentu saja sedikit banyak mempengaruhi pola kedisiplinan yang dulu mereka lakukan saat kondisi masih aman.
Jauh-jauh hari sebelum sekolah dimulai, sudah saatnya anak-anak dibiasakan bangun lebih pagi, mandi dan makan secara teratur, dan belajar serta beristirahat sesuai porsinya. Memang sulit pada awalnya, tetapi ini harus dilakukan agar tidak terjadi kendala saat tiba waktunya bersekolah nanti. Bisa-bisa mereka bangun kesiangan dan tidak fokus belajar disekolah, karena belum ada penyesuaian kebiasaan.
5. Jangan Terlalu Cemas
Ini PR buatku dan mungkin juga buat kalian semua. Ternyata kecemasan yang berlebihan juga tidak berguna, malah hanya melahirkan pikiran-pikiran yang negatif.
Kecemasan yang berlebih hanya akan menumbuhkan sikap overprotective. Wajar memang perasaan cemas tumbuh saat harus melepas anak di lingkungan baru, ditambah lagi masih dalam kondisi pandemi seperti sekarang. Namun, kita juga perlu memikirkan dampaknya terhadap anak. Selain membuat anak tidak nyaman, ia pun nantinya akan merasa tak percaya diri dan ikut cemas karena terpengaruhi sikap orangtuanya. Maka itu, hindari kecemasan berlebih karena bukannya jadi solusi, tapi justru akan memperkeruh keadaan. Selain itu, jalin pula komunikasi sebaik mungkin dengan penanggung jawab di sekolah, seperti wali kelas untuk memantau kondisi lingkungan sekitarnya.
Seperti itulah kira-kira persiapan yang harus dilakukan ketika anak masuk sekolah di era new normal. Jika orangtua sudah memberikan edukasi yang cukup tentang bagaimana cara menghadapi lingkungan baru selama masa pandemi ini, niscaya semua pihak terutama anak kita akan dapat menghadapi situasi dengan lebih percaya diri, karena sikap was-was justru mudah menyerang imunitas kita.
Buat orangtua yang ragu akan gejala-gejala yang timbul pada anaknya maupun anggota keluarganya, sekarang semuanya dipermudah dengan adanya smartphone. Cukup buka internet baik lewat laptop atau gawai kita, dan temukan informasi seputar kesehatan, salah satunya melalui HALODOC.
Halodoc ini adalah salah satu portal atau website yang menyediakan informasi kesehatan yang terlengkap di Indonesia. Dengan hanya memainkan jari melalui fitur-fitur didalamnya, kita dapat berkonsultasi dengan dokter melalui kolom chat, membeli obat, cek lab, mencari informasi seputar rumah sakit, membaca artikel kesehatan dan mengupdate berita lainnya seputar kesehatan.
Halodoc juga bisa diunduh di Google Play atau App Store.
Semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan pandemi ini segera berakhir yaaa.Amin.
No comments
Silakan beri komentar ya, saya pasti balas asal NO SPAM dan NO SARA. Thank you...