APAKAH BELAJAR DARI RUMAH BIKIN ANAK LEBIH BODOH?




Romantika sekolah online yang sedang terjadi sekarang ini kadang bikin aku geli juga. 
Begitu pula yang dialami oleh anakku Enrico , pada waktu itu dia sedang ada tugas yang diberi dateline, secepatnya mengerjakan soal-soal dan harus langsung dikumpulkan beberapa jam kemudian. 
Karena bapaknya sedang berada diluar kota, aku ceritain pengalamanku itu lewat Whatsapp.

Coba deh baca:

Gara-garanya Enrico bolak-balik nanyain ibunya yang sudah lama ga sekolah ini pelajaran Fisika.
Karena ibunya sudah ngga mudeng blas dan agak kezel ditanyain, bikin tereak-tereak dan micnya ndilalah belum dimatikan.
Haha, ... ketahuan deh sama gurunya kalo simbokmu ini mantan preman pasar tanah abang..hahaha.
Untung ga tercyduk pake daster sliweran ngusungin setrikaan ya, boy! :D

Memang orangtua sekarang dituntut bisa menjadi guru kreatif yang mampu menjawab pertanyaan anak-anak yang untuk sementara waktu harus belajar dirumah secara daring.
Dunia maya menjadi sosok yang diakrabi oleh mereka sekarang, karena mau tidak mau kalau ortunya mentok ga bisa jawab , solusi terakhir adalah : "Gugling aja, browsing, tanya mbah Gugel..." hihi.

Belum lagi saat ada tugas-tugas yang memerlukan properti yang harus dibeli diluar rumah, seperti cat poster, buah untuk obyek menggambar, dan sebagainya.
Tetap saja orangtua diribetkan untuk keluar rumah membeli barang-barang tersebut.
Dan otomatis anaknya juga ikutan, supaya mereka tau bertanggungjawab akan tugasnya.

Dari yang sudah aku alami selama ini anak-anak harus belajar dirumah, yang terpenting adalah mereka harus tetap teratur pada jadwal seperti saat mereka belajar disekolah.

Menggambar dirumah untuk tugas sekolah daring.harus dilakukan sendiri.


Seringkali karena terlalu lama santai seperti liburan dirumah selama hampir 5 bulan sejak pandemi terjadi, jam-jam yang dulu rutin dilakukan menjadi bergeser.
Anak-anakku sering makan sehari 5x (boros boo!) dan diakhiri jam 12 malam, karena dirumah saja bikin cepet lapar rupanya.
Apalagi masa-masa pertumbuhan seperti saat ini.
So, persediaan makanan ternyata harus lebih ekstra daripada sebelumnya.
Ada makan pagi, nyemil 1, nyemil 2, jajan ojol, ke Indokampret sebelah rumah, makan siang, makan malam, laper tengah malam,  aarrrggghh! Bangkrut simbokmu iki, Fernando Jose!

Yang penting pemenuhan gizi harus tetap diutamakan agar tidak gampang drop.

Kekhawatiran yang melanda orangtua macam aku ini juga takut kalau terlalu santai dirumah, jeda sekolah main gadget lagi, bikin otak makin tumpul.
Memaksa mereka beralih baca buku pelajaran , atau buku ensiklopedi itu lebih sulit daripada nyuruh mereka nyapu halaman. HHHH...

Sampai saat ini aku belum menemukan cara bagaimana agar mereka bisa lebih disiplin seperti saat bersekolah.
Ya, gimanaaa yak, ritmenya aja sudah berbeda.
Satu-satunya pemicu ya dateline dari guru-guru disekolah diperketat supaya mereka tidak terlena.
Apalagi sekolah anak-anakku merupakan sekolah favorit dengan pelajaran diatas standar.

Akhirnya yang bisa kulakukan adalah agak lebih keras dan tegas jika jam-jam sekolah, mereka harus fokus mendengarkan pelajaran via PC atau gawai.
Ga ada sliwar-sliwer iklan makanlah, nyemil-lah, nonton tivi-lah!
Awal-awal memang masih seperti itu.
Makin kesini makin syukurlah lebih teratur.

Keuntungan lainnya, mungkin memang dalam segi akademis ada penurunan kualitas, namun diharapkan dengan lebih banyak interaksi antara anak dan orangtua dirumah, ada peningkatan kualitas dalam pembentukan karakter, intensitas kedekatan dan bonding semakin tinggi serta lebih saling peduli satu sama lain.
Ini mungkin hal berharga yang bisa dipetik dari sebuah pelajaran , bahwa ilmu tidak semata-mata eksakta, rumus dan hitung-hitungan saja, tetapi ilmu kehidupan, mentalitas, kepribadian itu wajib digenjot mumpung situasinya sedang seperti ini.
Tidak bisa dipungkiri, rasa hormat, sopan santun dan tepo seliro generasi milenial masa kini sedikit pudar tergerus teknologi dan individualis.
Tugas orangtua untuk mengembalikan ke pendidikan yang semestinya agar lahir generasi muda yang berintelektualitas sekaligus berbudi luhur.

Yang masih menjadi PR adalah, jam tidur mereka bergeser setelah jam 12 malam.
Dianggapnya masih kaya hari libur, jadi besoknya bukan hari sekolah.

Kalau kalian bagaimana pengalamannya saat anak-anak bersekolah dari rumah?
Ada penurunan kualitas atau kedisplinan tidak?

Share dong...





1 comment

  1. itu yang nggambar enrico sendiri from a scratch? keren banget!

    ReplyDelete

Silakan beri komentar ya, saya pasti balas asal NO SPAM dan NO SARA. Thank you...