AFTER COVID-19 BIKIN NGERI BUMI ATAU ?

AFTER COVID-19 BIKIN NGERI BUMI


Sejak tahun 2019 awal, aku pernah menyematkan sebuah gambar dilaman Instagramku @archa_bella, dimana disitu ada seorang gadis,menatap jendela besar didepannya, dan disana ada bulan yang bersinar terang dan besar. 
Kuberi ilustrasi musik dari salah satu lagu Bruno Mars yang berjudul “Talking To the Moon”. 
Dari postinganku ini ternyata mengundang banyak sekali respon yang mampir  dikolom komen.

Sebagian bertanya-tanya, kenapa aku yang biasanya ceria, di postinganku kali ini mengandung kemurungan. 
Ada yang berusaha menghiburku untuk bersabar, semoga deritaku cepat berlalu. Padahal jujur saja ,pada saat itu aku sedang tidak mengalami situasi sulit.
Semuanya berjalan dengan semestinya. Tetapi entah mengapa, ada perasaan sedih dan berat yang teramat dalam menggelayuti hatiku, sampai aku tidak dapat berkata apa-apa. 

Perasaan yang susah untuk didefinisikan.
Sedih, galau, berkecamuk jadi satu. 
Sampai akhirnya indera keenamku memaksaku menuliskan sesuatu dalam sebaris status difacebookku. 

Mungkin ada yang ingat, dimana disitu kutuliskan :

 2/3 penduduk bumi akan hilang/ musnah/diambil/semacamnya 

Waktu aku "diberitahu" itu...jujur aku ngeyel. 
Wah...yang bener aja...gimana caraMu Tuhan? 
Butuh bencana alam besar-besaran nih ,yang bisa bikin 2/3 penduduk bumi seperti tadi. 

Aku berpikir lagi, 
"Lha wong Tsunami yang melanda Aceh hingga ikut memporakporandakan Thailand, Malaysia,  Philipina dan sekitar hingga luluh lantak saja ,belum mencapai 1/4 dari penduduk bumi,sedasyat apalagi ini?"
 Itulah sebabnya aku yang dijuluki malor alias mama loreng oleh teman-temanku pernah berhenti nyetatus dan bilang, malor lagi bertapa dipalung laut jeluk, krn ada yang protes by japri, “tulisannya malor nyeremin.” 

Beklah...malor keep silent. 



Balik lagi. Cara seperti apa ya,yang Tuhan lakukan? 
Dan...ternyata sudah sangat jelas,pikiran manusia apalagi cuma serendah aku ini,belum bisa dan tidak mungkin bisa menjangkau rencana Allah. 
Hari-hari terakhir inilah,pertanyaanku terjawab. 
Virus yang sedang memburu liar ini bagaikan situasi yang ngalahin darurat perang. 
Semuanya serasa harus masuk bunker jika ga pingin mati ekspres .
Semua dituntut tidak boleh egois, mikirin diri sendiri. 
Semua "dikurung" supaya berdiam diri dirumah,istirahat sejenak,meletakkan rutinitas. 
Semuanya dialihkan untuk tidak berfokus pada yang sudah biasa dilakukan,tetapi ke lain hal yang mungkin tidak sempat terlintas sebelumnya. 
Bisa perhatian ke keluarga, kebersihan diri, hubungan ke orangtua, mendampingi anak belajar dirumah lebih intensif, mengurus hewan peliharaan,atau hal-hal yang dulunya dianggap remeh. 

Tuhan sebenarnya ingin menunjukkan, 

Hoi...manusia...Aku ada...kamu harus ingat!" Hidupmu bukan yg terpenting...! Ada banyak hal lain yang harus kamu pikirkan diluar keegoisanmu! 


Semua ditoyor untuk bangun dari hipnotis perilaku yang autodriving like a robot.
Bangun-makan-nganter anak-kerja-pulang-capek-tidur. Begitu terus... ngalahin alarm saking monotonnya. 
Yang semula dikantor mlengos-mlengosan walaupun seruangan,sekarang lebih sopan dan saling koordinasi intensif lewat WA atau vidcall. 
Yang biasanya klesotan kemproh,sekarang buru-buru cuci tangan. 
Yang dulunya batuk dan bersin disembur-semburin dengan sengaja,sekarang menjadi lebih beretika. 

Ternyata Tuhan selalu punya rencana yang cantik tak terduga dibalik sesuatu yang dipandang manusia adalah bencana
Jika memang kita bisa sejenak meluangkan pikiran untuk berpikir positif, banyak sekali hikmah yang mau Dia sampaikan buat umatNya yang peka. 

Bahwa beribadah bukan hanya tempat semata,tapi panggilan dan kemantapan hati untuk fokus padaNya. 
Bisa dimanapun,kapanpun,dgn cara apapun, yang terpenting adalah tertuju padaNya. 
Jadi  wajar saja sih , kalau kita umatNya bersedih , gundah gulana, tidak bisa leluasa berkunjung ke Mesjid,Gereja, Pura, Wihara,Klenteng, dan tempat ziarah lainnya karena himbauan social distancing, tetapi tidak seharusnya pula ditanggapi dengan respon yang lebay mengarah ke anarkis, apalagi menyebut-nyebut partai terlarang yang menunggangi ini semua. Sama sekali tidak relevan dengan kondisi global ini. 

Saatnya untuk merenung, kontemplasi, mengapa Allah menurunkan seperti ini. 
Mengapa dan untuk apa aku hidup didunia yang relatif sebentar ini? 
Biang huru-hara? Atau bermanfaat untuk sesama , yang pada akhirnya tertuju pada Tuhan juga?

 Semoga ada hal baik yang bisa mengetuk hati dan pikiran manusia untuk berubah menjadi lebih baik... 
 Karena , sebenarnya banyak hal yang bisa terjadi selama manusia berpikir rasional menghadapi masalah ini.

 1.Tidak kuatnya benteng pengendalian diri dari keluarga yang bisa menimbulkan perpecahan bahkan huru-hara.Untuk itulah peran anggota keluarga sangat penting untuk saling mendukung dan menguatkan agar tidak mudah putus asa dan mengambil jalan pintas. Percayalah,Tuhan pasti memelihara dan mencukupkan umatNya yang lurus,tulus dan setia pada perintahNya.



 2.After Covid-19 , ada sisi baik yaitu masyarakat menjadi lebih aware tentang masalah kebersihan. Sedikit-sedikit bersin, menutup hidungnya, batuk lebih beretika. 
Tetapi perlu dikhawatirkan juga perilaku orang-orang yang kebablasan hingga membayar ke pedagang atau kurir dengan cara melemparkan uang kedepan pagar. Tindakan yang penuh arogansi , alih-alih memperlakukan dengan manusiawi, malah seperti jijik terhadap sesamanya,seperti video yang sedang viral itu. Hati-hati dan waspada itu perlu, panik hingga paranoid itu JANGAN!





 3.Polusi udara semoga bisa lebih berkurang ,dengan adanya reset bumi sementara selama lockdown ini. 
Jadi lahir generasi-generasi berkualitas dengan kondisi tubuh yang lebih bugar dan mental yang lebih penyayang karena dikelilingi keluarga terdekat dirumah,dampak dari self-quarantine.



 4. Semoga dengan rehat sementara baik untuk buruh,pekerja maupun pimpinan, memberikan waktu untuk merenung, berpikir dan merencanakan sesuatu yang bisa menghasilkan inovasi-inovasi briliant bagi kesejahteraan umat manusia. 
Ada kreativitas baru dibidang pertanian, pangan, industri , produksi disegala bidang, pendidikan, sehingga dunia menjadi lebih baik, sumber daya menjadi lebih efisien, dan kinerja menjadi lebih terencana dan efektif, bumi berubah menjadi lebih “sehat” karena sumber daya alamnya tidak dieksploitasi habis-habisan.
Teringat kata-kata Pope Fransiscus pada tayangan dokumenter tentang kiprahnya didunia.
Beliau ditanya ,siapakah yang paling menderita didunia ini sekarang?
Dan Paus menjawab, yang paling menderita adalah bumi.Bumi adalah ibu bagi kita anak-anaknya yang mendiaminya. Dan bumilah yang paling sengsara karena dikeruk habis-habisan hingga alamnya rusak tak berdaya, dan manusia masih tetap tidak pernah merasa dia bersalah . Begitu dalam dan mengena.

Coba kalian pikirkan?




 5.Dan yang lebih penting lagi, hubungan antar keluarga, relasi, teman, orangtua, menjadi semakin erat tanpa diselipi intrik dan ambisi,karena kita sama-sama keluar dari keterpurukan yang sama. Mengubah yang penuh rekayasa dan tipu daya, menjadi saling bergandeng tangan, saling membantu demi kesejahteraan umat manusia. Dan aku yakin, jika pemikiran itu sudah mulai dilaksanakan sejak sekarang, maka Covid-19 ini akan semakin cepat sirna dari bumi ini. 



Semoga...

Sumber gambar:Pinterest

3 comments

  1. Aamiiin aamiin. Semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik selepas melalui musibah ini.

    ReplyDelete
  2. Ingat dengan tulisan di statusmu dulu, sempat mikir akan ada bencana apa nih...oh oh ternyata pandemi covid. Semoga setelah covid ada perubahan kebaikan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin mbak. Semoga ini awal dari terciptanya kemakmuran slrh negeri

      Delete

Silakan beri komentar ya, saya pasti balas asal NO SPAM dan NO SARA. Thank you...