Baru saja membaca sebuah postingan di Facebook.
Salah seorang teman curhat tentang adanya gesekan yang timbul gara-gara ada Salon Muslimah.
Padahal menurutku, salon tersebut sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu dan tidak ada masalah.
Dan aku setuju banget , karena salon yang diperuntukkan terutama untuk kaum muslimah ini sangat bermanfaat bagi mereka yang memang membutuhkan pelayanan sesuai dengan ajaran Islam.
Alangkah kurang baiknya jika mereka dilayani oleh orang yang bukan muhrimnya.
Yang bikin aku miris adalah membaca komen-komen yang menanggapi postingan tersebut.
Ada yang pro dan ada pula yang kontra, sehingga menjalar kemana-mana.
Yang pro mengatakan bahwa ini wajar, toh orang non muslim pun bisa menikmati pelayanannya juga.
Yang kontra merasa salon ini sok eksklusif, hingga merembet ke calon penghuni surga segala, yang sebenarnya tidak relevan dan malah bikin perdebatan berkepanjangan.Belum lagi ada "kompor-kompor" yang siap meleduk dan membikin panas suasana sehingga bisa menyulut isu SARA.
Padahal hal seperti ini sesungguhnya tidak perlu ditanggapi seserius itu sehingga malah menimbulkan pertikaian akibat kurang dewasanya dalam merespon dan berkomunikasi.
Kehadiran media sosial, seperti Facebook, Twitter, Whatsapp, BBM, dll, membuat berita apapun sangat mudah disebarkan hanya dengan menekan tombol Copy-Paste- Enter atau Share.
Hal ini membawa perubahan yang sangat radikal dalam berkomunikasi. Apalagi rata-rata setiap orang pasti setidaknya memiliki sebuah telepon seluler yang membuat mereka dapat melakukan berbagai interaksi sosial baik hanya melalui tulisan, gambar bahkan video.
Ditambah lagi berita-berita politik yang dengan mudahnya diputarbalikkan sehingga menjadi komoditas menggiurkan untuk dicari celahnya dan dimanfaatkan oleh orang-orang yang berniat mencari keuntungan dibalik perseteruan.
Kebetulan hari Sabtu, tanggal 16 September 2017 kemarin Netizen Semarang diundang ke Hotel Grandhika Semarang (digagas oleh MPR RI) bertajuk Ngobrol Bareng MPR RI.
![]() |
Netizen Semarang khidmat mendengarkan penjelasan tentang 4 pilar oleh bapak Ma'ruf (Dok:Pri) |
Acara dimulai sekitar jam 10 pagi. Sebelumnya , aku mengisi buku tamu didepan pintu masuk , dan dibagikan kaos dengan logo MPR-RI sebagai identitas para undangan.
Ada sekitar 50 orang netizen yang hadir disana yang terdiri dari berbagai profesi, ada blogger, dosen, mahasiswa, penulis, guru bahkan ibu rumah tangga.
Acara diawali dengan sapaan ramah selamat datang serta doa pembuka oleh dua orang MC, yaitu Ibu Rharas Esthining Palupi, SH, MH (Kepala Bagian Pemberitaan Hubungan Antar Lembaga) yang biasa dipanggil mba Yayaz, serta Bapak Andrianto SE (Kepala Bagian Pengelolaan Data dan Sarana Informasi) .
Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Republik Indonesia : INDONESIA RAYA.
Agak grogi juga karena aku ditunjuk secara spontan untuk memimpin dan menjadi dirigen didepan seluruh peserta.Maklum, sudah lama tidak pernah menyanyikan lagu ini secara utuh dan hanya mendengarkan saja, sehingga ada perasaan takut salah memberikan aba-aba.
Semua peserta menyanyikan dengan khidmat dan lantang, jadi terharu aku dibuatnya.
![]() |
Menjadi dirigen menyanyikan lagu Indonesia Raya diikuti seluruh peserta. (Dok:Pri) |
Acara berikutnya adalah kata sambutan dari Kepala Biro Humas Siti Fauziah, SE, MM.
Beliau menjelaskan bahwa tujuan NGOBROL BARENG NETIZEN ini adalah untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Empat Pilar MPR RI. Dan netizen, terutama blogger diharapkan berperan aktif dalam menyampaikan nilai-nilai Empat Pilar dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Apa sih Empat Pilar MPR-RI itu? Nanti kita bahas lebih lanjut...
![]() |
Ibu Siti Fauziah, SE.M.M membuka sesi pertama acara Ngobrol Bareng Netizen Semarang (Dok:Pri) |
![]() |
Bapak Ma'ruf Cahyono, SH,MH memaparkan tentang Empat Pilar MPR-RI (Dok:pri) |
Sesi selanjutnya diisi oleh Bapak Ma'ruf Cahyono, S.H, M.H selaku Sekretaris Jendral MPR-RI.
Beliau menegaskan betapa pentingnya mengamalkan Empat (4) Pilar ini.
Empat Pilar Kebangsaan, artinya ada 4 tiang penguat atau penyangga yang sama-sama kuat, untuk menjaga keutuhan berkehidupan kebangsaan Indonesia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 4 Pilar Kebangsaan adalah 4 penyangga yang menjadi panutan dalam keutuhan bangsa Indonesia.
4 pilar Kebangsaan Indonesia adalah:
- Pancasila
- Bhineka Tunggal Ika
- Undang – Undang Dasar 1945
- Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Pilar pertama bagi tegak kokoh berdirinya negara-bangsa Indonesia adalah Pancasila. Seperti kita ketahui bahwa Pancasila adalah pedoman bangsa yang terdiri dari 5 sila didalamnya. Pasti kita sudah hafal diluar kepala , bunyi dari masing-masing silanya.
Kita menyadari bahwa negara-bangsa Indonesia adalah negara yang besar membentang dari barat ke timur dari Sabang sampai Merauke, dari utara ke selatan dari pulau Miangas sampai pulau Rote, dan memiliki 17.000 pulau lebih, dengan berbagai suku bangsa dan adat budaya yang kaya, serta memeluk berbagai agama dan keyakinan.
Oleh karena itu , pedoman sebagai penyangga atau pilarnya harus sesuai dengan kondisi negara yang prural ini. Pancasila dinilai memenuhi syarat sebagai pilar bagi negara-bangsa Indonesia yang mampu mengakomodasi keanekaragaman yang terdapat dalam kehidupan negara-bangsa Indonesia.
Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung konsep dasar yang terdapat pada segala agama dan keyakinan yang dipeluk atau dianut oleh rakyat Indonesia, hal ini ditegaskan oleh Bapak Ma'ruf bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa yang Atheis.
Demikian juga dengan sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, merupakan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Manusia didudukkan sesuai dengan harkat dan martabatnya, tidak hanya setara, tetapi juga secara adil dan beradab. Pancasila menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, namun dalam implementasinya dilaksanakan dengan bersendi pada hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan , sesuai dengan bunyi sila keempat Pancasila,
Sedangkan kehidupan berbangsa dan bernegara ini adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan untuk kesejahteraan perorangan atau golongan. Nampak bahwa Pancasila sangat tepat sebagai pilar bagi negara-bangsa yang pluralistik. Pancasila sebagai salah satu pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki konsep, prinsip dan nilai yang merupakan kristalisasi dari sebuah sistem bernegara yang terdapat di seantero wilayah Indonesia.
Negara Indonesia adalah negara hukum, yang bermakna bahwa hukum harus dijunjung tinggi dan ditegakkan. Setiap kegiatan dalam negara harus berdasar pada hukum, dan setiap warganegara harus tunduk dan taat pada hukum.
Hal ini berarti bahwa aparat pemerintah memiliki hak untuk memaksa, dan apabila perlu dengan kekerasan, terhadap warganegara yang tidak mau tunduk dan tidak mematuhi hukum. Memaksa adalah hak asasi aparat penyelenggara pemerintahan dalam menegakkan hukum. Suatu negara yang tidak mampu menegakkan hukum akan mengundang terjadinya situasi chaos. Sebagai akibat warganegara berbuat dan bertindak bebas sesuka hati, tanpa kendali, dengan berdalih menerapkan hak asasi, sehingga yang terjadi adalah kekacauan demi kekacauan. Untuk itulah peran sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia harus diresapi didalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Akhir-akhir ini negara Indonesia sedang rentan disusupi paham radikal yang bertujuan mengoyak kedamaian rakyat. Adanya tindakan main hakim sendiri, hujatan-hujatan yang bebas dilemparkan lewat media apapun, tindakan anarki telah menodai kerukunan bangsa.
Untuk itulah, Pancasila ada sebagai penangkal sekaligus sebagai cita hukum dalam dasar negara, yang dijadikan acuan dalam menyusun segala peraturan perundang-undangan.
Pancasila dipandang cocok dan mampu dijadikan landasan yang kokoh untuk berkiprahnya bangsa Indonesia dalam menegakkan hukum, dalam menjamin terwujudnya sila kelima , Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
2.Pilar yang kedua adalah UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
"Hayo , ngakuuu...siapa yang masih ingat isi Pembukaan UUD 45 atau kapan terakhir buku UUD 45 dibaca?"Pasti sudah lama sekali tidak menyentuh kah? haha...*sama :P
Pilar kedua kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam rangka memahami dan mendalami UUD 1945, diperlukan memahami lebih dahulu makna undang-undang dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Tanpa memahami prinsip yang terkandung dalam Pembukaan tersebut tidak mungkin mengadakan evaluasi terhadap pasal-pasal yang terdapat dalam batang tubuhnya dan barbagai undang-undang yang menjadi derivatnya.
3.Pilar yang ketiga adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bentuk Negara Kesatuan adalah ketentuan yang diambil oleh para founding fathers pada tahun 1945 berdasarkan berbagai pertimbangan dan hasil pembahasan yang cukup mendalam. Namun dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia pernah juga menerapkan bentuk negara federal sebagai akibat atau konsekuensi hasil KMB (Konferensi Meja Bundar) di Negeri Belanda pada tahun 1949. Namun penerapannya hanya berlangsung sekitar 7 bulan untuk kemudian kembali menjadi bentuk Negara kesatuan. Dan bangsa Indonesia wajib mempertahankannya sampai kapanpun agar tidak terjadi lagi politik Devide et Impera alias memecah belah lalu menguasai seperti yang pernah digulirkan pada masa penjajahan Belanda dulu, tetapi selalu mewujudkan dalam bentuk negara kesatuan berbentuk Republik yang bernama Indonesia.
Maka tepatlah slogan : NKRI- HARGA MATI!
4. Pilar keempat adalah Bhinneka Tunggal Ika.
![]() |
(Sumber: inet) |
Sasanti yang merupakan karya Empu Tantular ini diharapkan menjadi acuan bagi rakyat Majapahit dalam berdarma.
Pada era setelah kemerdekaan , oleh bangsa Indonesia dijadikan semboyan dan pegangan bangsa dalam membawa diri dalam hidup berbangsa dan bernegara yang bermakna "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua".
Walaupun berbeda-beda suku dan adat istiadat yang tersebar diribuan pulau dan kepulauan, tetapi tidak pernah menyurutkan tekad untuk bersatu.
Menutup sharing tentang Empat Pilar MPR, Bapak Ma'ruf membacakan satu puisi yang berjudul "Cinta Indonesia". Puisi ini sukses bikin aku baper dengan kalimat-kalimatnya yang menyentuh untuk berpikir bahwa Indonesia itu memang patut dicintai dan dibanggakan oleh rakyatnya.
![]() |
Bapak Bambang Sadono menutup sesi terakhir tentang pentingnya etika bermedia sosial. (Dok:pri) |
Penutup sesi terakhir diisi oleh Bapak Bambang Sadono, yang menjabat sebagai Ketua Badan Pengkajian MPR RI.
Sebelumnya, bapak Bambang pernah menjadi wartawan di Suara Merdeka.
Menurut Bapak Bambang, media online pun banyak yang memuat berita hoax alias tak layak dipercaya.
Justru inilah peran netizen atau para pengguna internet dan sosial media aktif untuk dapat menangkal berita negatif dengan berani menegur orang-orang yang getol menyebarkan berita hoax.
Kita harus banyak menebarkan konten positif didalam setiap posting ataupun tulisan apapun sehingga masyarakat awam tergiring untuk berpikir cerdas dalam mengolah setiap berita yang ada.
Sebagai bangsa Indonesia , sudah selayaknya kita merawat kesatuan dan persatuan bangsa dengan dimulai dari diri sendiri.
Untuk itu upaya pembangunan karakter bangsa harus dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif pada semua lapisan dimulai dari tingkat lingkungan keluarga ke lingkungan yang lebih luas lagi.
Supaya tidak terjebak semakin meruncingnya pertikaian yang bersumber pada saling membagi berita hoax, selayaknya netizen memiliki etika didalam berkomunikasi lewat media sosial.
Tidak perlu memperpanjang permasalahan, meredam emosi, dan bertutur kata santun demi kebaikan bersama haruslah lebih dikedepankan.
Mulai sekarang , mari menjadi pengguna teknologi yang beretika dan berwawasan luas demi
persatuan dan kesatuan bangsa.
Pasti bisa!
Jayalah Indonesiaku!
Indonesia kita bersama!
Bangga jadi warga negara Indonesia dan bagian dari bangsa Indonesia 😊
ReplyDeleteIndonesia mmg kaya dan tak ada duanya.
DeleteKompor meleduk bagusnya diguyur air segalon. Hihi. Tahan diri buat komrn yang nggak penting memang penting. ^^
ReplyDeleteAku masih ingat sebagian teks UUD 1945. Saking seringnya jadi petugas saat upacara dl. Sampai hapal di luar kepala karena tiap senin baca, hahahaa.
ReplyDeleteyang pasti kita mulai dari diri sendiri ya mbak untuk menahan hasrat jempol kita untuk copy paste berita2 yg ga asik (hoax)
ReplyDeleteAda salon muslimah aja ribut, aku heran deh apasih yang diributin? Ini nih yang dimaksud pak Bambang kemaren "rebutan balung tanpa sum-sum" :D
ReplyDeleteAcara Gathering MPR selalu seru dan sarat faedah!
ReplyDeleteDi Surabaya juga KEREN BANGET eventnya
--bukanbocahbiasa(dot)com--