Film Wonderful Life ,Karena Semua Anak Terlahir Sempurna

gambar ilustrasi Aqil, penyandang Disleksia dalam film Wonderful Life
gambar ilustrasi Aqil, penyandang Disleksia dalam film Wonderful Life

Kemarin . tepatnya Kamis 13 Oktober 2016, saya beserta komunitas blogger Gandjel Rel ramai-ramai nonton Film Wonderful Life.
Sebagai movie maniac..haizzz..tentu saja saya ga nolak dong... #dasar!
Apalagi sehari sebelumnya suami saya sudah berpesan dengan hebohnya,


"Dik, kamu mau nonton Film Wonderful Life ,khan? Cocok! Harus nonton khusus buat kamu yang perfeksionis sama anak2...wajib pokoknya."
Ealah, lha kok malah dia yang antusias yah?
Itu nyuruh apa ngece....grrmhh!

Dan tepat jam 16.30 sore itu, kami masuk ke cinema 4 ,tempat dimana film tadi diputar.

poster Film Wonderful Life
mejeng dulu didepan poster Film Wonderful Life
popcorn and ticket nonton
Siapin cemilan supaya tangan sama mulut ada kerjaan..halah
Setelah usai tayangan iklan, film utama mulai diputar.
Sepuluh menit pertama berisi adegan keribetan Umi Amalia (diperankan begitu cantik baik akting maupun parasnya oleh Atiqah Hasiholan yang kebetulan istri dari produser film ini, aktor Rio Dewanto) menghadapi anaknya, Aqil yang berusia 10 tahun.

Cerita dalam film ini diangkat dari sebuah kisah nyata , yaitu perjalanan seorang anak laki-laki bersama ibunya yang kebetulan wanita karier sukses dalam bidang advertising,bahkan menjadi CEO perusahaan besar di Indonesia.
 Dia bernama Amalia Prabowo yang berusaha masuk ke dunia Aqil, putra sulungnya yang menyandang disleksia. 
Aqil tidak hanya kesulitan dalam melafal kata dan merangkai kalimat, tapi juga membaca, menulis, dan berhitung. 

salah satu adegan dalam Film Wonderful Life
salah satu adegan dalam Film Wonderful Life (Source :Fanspage Wonderful Life)

Jujur saya terpekur melihat adegan demi adegan, bagaimana Amalia mengatur anaknya untuk rapi, disiplin, sementara dirinya sibuk mengurusi pekerjaannya.
Kesehariannya selalu diliputi urusan yang harus terperinci dan detail, tegas , tidak bertele-tele serta terorganisir.
Iya...saya merasa melihat cerminan diri saya sendiri didalam sosok Amalia.
Saya selalu sibuk dengan printilan-printilan yang harus beres semuanya.
Make sure bahwa pekerjaan saya beres, rumah beres, anak-anak belajar rajin,prestasinya gemilang, PR harus selesai saat itu juga, tidak ada yang boleh ditunda-tunda.
Pokoknya jika ada yang tidak sesuai dengan kemauan saya, bisa-bisa emosi seharian, uring-uringan dan tidak bisa berhenti memikirkan masalah tersebut sampai menemukan jalan keluarnya.

salah satu adegan ketika Aqil bahagia bisa mengekspresikan dirinya dalam Film Wonderful Life (Source :Fanspage Wonderful Life)

Meanwhile, melihat Aqil seperti melihat anak kedua saya yang kebetulan laki-laki, seumuran dan hampir mirip, bahkan sepatu Aqil pun persis dengan sepatu anak saya, karena baru saja dibelikan.

Adegan-adegan dimana Umi, begitu cara Aqil memanggil ibunya, yang setiap saat memperingatkan Aqil, melarang aqil mencoret-coret, mengetuk-ngetukkan tangan ke kaca mobil benar-benar seperti dejavu antara saya dan anak saya.

Pantas saja suami saya bilang , ini film wajib ditonton oleh saya. Ternyataaa....hhh

 Amalia sudah berdamai dengan dirinya (Source :Fanspage Wonderful Life)
Tuntutan sang ayah Amalia alias kakek Aqil yang keras dan kaku telah mendidik alam bawah sadar Amalia menjadi sosok manusia yang ambisius dan tidak mau kalah.
Sementara anaknya Aqil harus menghadapi ejekan teman-temannya  dan dianggap tidak mampu bertahan dikelas ini,karena nilainya tidak ada yang baik, kecuali seni dan olahraga saja.

Tetapi berbekal kesabaran dan kemauan, Amalia berusaha memahami dunia Aqil dan menemukan dunia yang penuh warna, imajinasi, dan kegembiraan. 

Sifat keras Amalia bahwa anaknya bisa diperbaiki tingkat kecerdasannya, membawa dia menjelajahi daerah-daerah terpencil demi menemui orang pintar dan pengobatan alternatif.
Yang paling menohok saya adalah perkataan tabib alternatif yang diperankan Mas Didi Nini Thowok (saya sempat mikir, ini Aqil apa mau diajarin nari Dwimuka yah..halah :P), yang mengatakan:
"Anaknya tidak sakit, ....Karena semua anak terlahir sempurna". 
Seketika itu saya seperti ditampar, seringkali memaksa kedua anak saya untuk melakukan yang saya mau, dengan anggapan semua yang saya atur pasti paling benar dan paling hebat buat mereka.Dan jika ada yang tidak pas, saya beranggapan mereka tidak becus,ada yang salah, pokoknya semuanya harus running well!
Itulah kesalahan terbesar saya, tidak memahami dalam perspektif anak-anak seusianya.

 Proses belajar setiap anak bisa saja berbeda. Salah satu contohnya Aqil, ia punya cara sendiri dalam membaca, menulis dan berhitung, semua dilakukan dengan MENGGAMBAR! 
 Seni ternyata bisa menjadi jembatan bercerita, mengungkapkan apa yang ada dalam imajinasi. Bercerita dengan torehan gambar dan warna .(Dalam film ini bisa dilihat gambar-gambar Aqil asli, dan saya takjub!) .
Aqil bahkan sudah diminta untuk mengadakan pameran, dan karya-karyanya dipakai dalam ilustrasi iklan popok, dsb.

Menurut Atiqah Hasiholan , aktris yang telah membintangi 21 film layar lebar dan  juga menjadi unggulan pemeran wanita terbaik (FFI 2009) dan unggulan pemeran pembantu wanita terbaik (2011) dalam film ini, penonton akan digiring untuk memahami kebahagiaan dari kacamata anak-anak. 

Film yang disutradarai oleh  Agus Makkie berdurasi 90 menit ini mengalir dengan mulus, dengan beberapa  alur adegan kilas balik.
Alex Abbad yang berperan sebagai rekan sekerjanya berperan kecil namun cukup berkarakter.Demikian pula aktris senior Lidya Kandou yang tetap cantik mampu menambah emosi kegalauan sebuah keluarga yang dibesarkan dalam lingkungan penuh tuntutan kesempurnaan.

Adegan yang diperankan oleh 2 orang komedian berlogat Jawa saat Amalia dan Aqil akan mencari datuk benar-benar membuat saya tertawa ,lumayan mengendorkan syaraf yang kaku karena tenggelam dalam mengoreksi diri.

 Poster Film Wonderful Life
Poster Wonderful Life

Overall, film ini cukup bagus  dan menghibur sebagai media untuk mengingatkan diri ketika terlalu memaksakan kehendak terutama kepada anak. Apalagi orangtua sekarang yang sering abai terhadap anaknya sehingga mereka kurang perhatian demi alasan klise pekerjaan.
Gambar-gambar yang indah dan filosofi-filosofi tentang kehidupan terselip dalam setiap dialog jika peka memahaminya.

Akhirnya, sebagai orang tua sudah selayaknya kita mampu menempatkan diri dan porsinya sebagai ibu yang baik, ayah yang perhatian dan melindungi, keluarga yang mau mendengarkan , bukan hanya menuntut dan menuntut saja.
Perjalanan hidup begitu indah jika kita melihatnya dari jendela mata anak-anak. 

Yes, it's a Wonderful Life.



26 comments

  1. Hiks
    Jd baper.setelah baca ini mbak. Emang sbg ibu kita blm dan g bs sempurna. Tp kita sering lupa suka menuntut kesempurnaan pd anak :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu dia,menurut saya film ini telah berhasil mengingatkan saya utk bersikap selayaknya ibu yg memperhatikan kebutuhan anaknya masing2. Karena anak itu dilahirkan spesial. Sukaakkk film ini. Aqil alias Sinyo mainnya bagus .

      Delete
  2. Huhuhuhu kemarin ga bisa gabung nonton padahal menarik banget nih baca reviewnya

    ReplyDelete
  3. Iya nih mbak Rahmi. Filmnya nampol bgt. Next time kita nobar lg..ya..

    ReplyDelete
  4. Mba archa bener2 menjiwai film ini yaa mba..keren, pas akhir2 jd pengen nangis yaa mb, terharu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Krn merasa deket sama keseharianku mbak.
      Iya..yg terakhir mengharukan..huhu

      Delete
  5. Bagus banget ya mbak archa, emang cocok buat kita ibu-ibu, dan bener banget sudut pandang anak dan orangbtua itu beda, harus cari titik temu biar sama-sama bahagia

    ReplyDelete
  6. jadi penasaran mbak abis baca review ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. tonton tuh, mumpung belum ditarik dari bioskop...dik

      Delete
  7. Cakep reviewnya mbaaak,.aku suka dengan istilah yang digunakan.

    Btw, enggak apa sih berharap anak punya prestasi. Tapi sebisa mungkin jangan pernah ada penekanan. Agar anak tidak stres, karena mendengarnya berulang kali hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Istilah apa ya mbak ?

      Siap mbak ..terimakasih sarannya 😘

      Delete
  8. Bagus reviewnya mbak.. Film bagus ditonton dg sahabat2.. Jd mkn berkesan ya mba..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih bu.
      Iya nih...rame2 makin asyik 😀

      Delete
  9. anak tidak bisa didik dengan kekerasan apa lagi anak sekarang. Anak disleksia cenderung aktif ternyata..butuh kesabaran ekstra bagi orangtua

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali ibu.
      Sepertinya sdh berpengalaman ...😀

      Delete
  10. Film ini cocok untuk ditonton oleh orang tua dan anak, agar orang tua juga nggak selalu memaksakan keinginannya.

    ReplyDelete
  11. Filmnya oke ya mbak Archa.. tambah oke lagi karena kemarin aku nonton deketan sama wanita cantik, hehe :)

    ReplyDelete
  12. filmnya bagus ya mba... bikin orang tua makin melek dalam mendidik anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas Heri ...jd makin menyadari bgmn mjd orangtua..

      Delete
  13. salah satu bagian favorit dari film ini, kemunculan dukun Didik Nini Towok disebutt,, aku ngarep ada adegan dukunnya nari-nari malah :P

    ReplyDelete
  14. Kadang aku juga berlaku kayak Amalia, menuntut kesempurnaan anak-anakku...Tapi aku mau insap mbaaak :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di film ini sdh lumayan ngajarin aku utk insyap mbak.
      Tapi gara2 insyaf...anakku nilainya 20...arrgghhh...

      Delete

Silakan beri komentar ya, saya pasti balas asal NO SPAM dan NO SARA. Thank you...