CERITA SEDIHKU GARA-GARA MAJALAH DINDING


Tema #One Day One Post kali ini ternyata cukup berat buatku.
Berat untuk mengingat dan menuliskan kenangan tentang kegiatan MAJALAH DINDING yang pernah kulakukan.

Mungkin jika tidak ada kejadian seperti dulu itu, aku tidak akan pernah menjadi seperti sekarang ini.
Peristiwa saat pertama kalinya aku mengenal MAJALAH DINDING  adalah awal dari aku tersadar bahwa aku bisa menulis.

Lhoh...kok bisa?
Kasih ilustrasi ini dulu, untuk membuktikan bahwa berkah kejadian itu, sekarang aku sudah berubah menjadi orang yang ceria dan bersyukur bahwa LA VITTA E BELLA (hidup itu indah)...




Abaikan obyek...konsentrasi pada iklannya jasanya saja....hasyah!


Oke..serius..
Jika blogger2 lain menulis tentang kisah membuat majalah dinding saat jaman mereka dulu, atau tips2 menulis majalah dinding.
Berbeda dengan aku.
Aku akan menceritakan dulu saat aku SD.
Kegiatan membuat majalah dinding rutin dilakukan dengan pergantian setiap minggu sekali.
Seperti yang pernah kuceritakan di postingan lalu, walaupun aku nakal , tetapi prestasi saat aku SD baik sekali. Ranking paling jelek adalah ranking 5, itupun cuma sekali, selainnya biasanya selalu kalau tidak 1 ya 2.
Itulah kenapa aku selalu dibebaskan untuk berekspresi membuat majalah dinding dikelas.
-Mengkonsep apa-apa saja yang mau ditempelkan. 
-Mengkoordinir teman2 untuk mengumpulkan gambar atau puisi, atau cerita dengan tulisan tangan, ---kemudian menyeleksinya, dan mengatur kertas2 apa yang akan ditempelkan sebagai background karya2 mereka.

Bisa dikatakan , karena prestasiku, aku seperti diatas angin untuk menentukan sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas sekolah.

Kemudian aku menginjak bangku SMP.
Dari sinilah penderitaan itu berawal.
Aku menjadi korban bullying, dan untuk pembaca tahu, bullying yang kualami sejak jaman SMP itu ternyata masih membekas sampai sekarang.

Bukan,..bukan membekas dalam arti aku trauma.
Membekas dalam artianku adalah masih menyisakan kenangan pahit jika bertemu pelakunya. (Camkan, bullying di masa ABG , dimana anak masih ababil, peralihan dari anak2 ke remaja sangat mudah melekat,tapi susah dilupakan).

Sedikit cerita, SMPku adalah SMP terfavorit dikotaku.
Banyak sekali yang ingin masuk kesana, otomatis murid-muridnya dari mana2, pelajarannya berat, aktivitasnya banyak tetapi sepadan dengan prestasi yang ditorehkan setiap tahunnya sebagai sekolah dengan murid2 yang memiliki nilai2 rata2 tertinggi sekota.

Nhah, ...tentu saja ada kegiatan madingnya alias MAJALAH DINDING perminggunya.
Peninggalan sikap2ku saat SD yang selalu dipercaya jadi leader tentusaja masih terbawa hingga ke bangku SMP, apalagi masih awal2 jadi murid baru.

Aku ingat, aku punya guru Bahasa Indonesia yang sangat baik dan pintar.
Nama beliau pak Budi.
Beliau memberi tugas anak2 untuk menuliskan cerita yang ditulis sendiri, dengan kata2 sendiri, untuk dimasukkan ke majalah dinding yang akan dipampang perkelas dan dilombakan.

Pada waktu itu, aku masih ingat menceritakan tentang  kakak beradik , dimana kakaknya yang perempuan selalu memusuhi adiknya yang laki2, karena lebih diperhatikan ibunya. 
Suatu ketika barang si kakak hilang, dia memarahi adiknya habis-habisan, sehingga adiknya menangis sendirian digudang.
Ternyata barang si kakak diambil oleh bibiknya yang sedang membersihkan rumah untuk disimpan.
Singkatnya, si kakak menyesal dan memeluk adiknya yang duduk sesenggukan didalam gudang.

Semua itu kuceritakan dengan bahasaku, bahasa anak awal SMP .

Suatu hari, ada pelajaran Bahasa Indonesia , Pak Budi menanyakan kepada anak2 lain, siapa yang menyusun majalah dinding?
Ternyata beliau baru saja membaca penyajian kelas kita tadi pagi.

"Siapa yang menempelkan majalah dinding tadi? Kenapa cerita Archa tidak ada? Cerita yang sangat bagus malah tidak dimuat, isinya kurang bermutu semua...!"kata pak Budi dengan nada tinggi .

Semua anak terdiam.
Aku yang tidak tahu apa-apa, tidak menyangka akan diapresiasi oleh Pak Budi karyaku, hanya bisa bengong.

Ternyata dari sinilah benih2 bullying bermula.
Teman-temanku yang pindahan dari SD2 Favorit lainnya ini sepertinya tidak suka karena aku jadi pusat perhatian gurunya.

Setiap aku maju ke depan kelas mengerjakan tugas dipapan tulis, dari belakang murid2 sibuk hoak-hoek seperti orang mau muntah.
Tidak ada satupun yang mau duduk sebangku denganku, padahal perasaan aku ga bau.
Jadi selama  tahun2 itu, aku duduk didepan sendiri, pas berhadapan dengan meja guru kelas.
Betapa tidak berkutik sementara yang lain dibelakang asyik mencontek, toleh sana sini.
Jika berbaris masuk kelas, tidak ada satupun yang mau berbaris dibelakangku.
Akhirnya aku terpaksa mundur kebelakang sendiri dan masuk kelas terakhir.
Saat pelajaran Olah raga, khususnya Volly, giliran aku "service" bola, 6 orang disisi lawan duduk2 menanti bolaku yang lewat begitu saja sambil salah seorang dari mereka berkata, "Yukkk..duduk sajaaa, paling bolanya meleset,...hahahaha",nyinyir.

Yang kulakukan hanya diam..dan diam.
Diam saja dibully apalagi bersuara.
Ada gerombolan beberapa teman dikelasku yang bertindak sebagai ketua, mengkoordinir untuk menghasut teman2 yang bagi mereka menghambat "kehebatan" mereka.
Menekan teman2 lelaki untuk patuh, dan anehnya mereka takut pada genk perempuan2 "ga tau diri" itu.
Cerita ini jujur baru kuungkapkan sekarang, dan kupendam selama berpuluh2 tahun.
Berharap , menuliskan disini bisa melegakanku.
Sampai2 saat dibangku kelas 2 SMP, aku berkata pada ibuku , " Bu, aku pindah saja dari sekolah ini, sudah ga tahan..."
"Sudahlah, kan bentar lagi kelas 3 SMP, tinggal sedikit lagi lulus, bertahan sebentar..ya", hibur ibuku yang selalu menguatkanku.


Akhirnya aku bisa lulus dari SMP itu dengan baik dan masuk ke SMA favorit dengan mudah.
Mereka yang membully aku, prestasinya jauh dibawahku akhirnya.
Aku ingin membuktikan, bullying mereka tidak berpengaruh apapun terhadapku.
Lewat majalah dinding atau apapun, tidak bisa menggoyahkan sikapku untuk menurut pada mereka , sehingga membuat kebencian mereka semakin menjadi2 ,karena aku tidak bisa disetir.

Untungnya begitu SMA, si biang kerok-biang kerok itu tidak lagi satu sekolah denganku.
Aku menjadi pribadi yang ceria dan bebas berekspresi lagi di SMA. 
Ikut band hingga menjadi band terbaik yang sempat dimuat di majalah HAI (masih kusimpan majalahnya),  ikut menari modern, melukis grafitti ditembok sekolah, dan kegiatan positif lainnya.
Dan ketemu jodohku di SMA..hahayyyyy...ups! :D

( keyboardis aliran Van Halen)



Jadi gara2 MAJALAH DINDING membuatku menjadi pribadi yang lebih kuat dan tahan banting.

Ini versiku...
Bagaimana versimu?





17 comments

  1. wah, bullying tapi happy ending ya mbak... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe...iya mbak. Untung berakhir indah...:)

      Delete
  2. Prestasi akademikku di SD dan SMP berbanding terbalik sama Mbak. Dulu paling bagus itu bisa masuk 5 besar, hahaha. Tapi berkat aktif di ekstrakurikuler, termasuk mading, guru kasih perhatian juga akhirnya. Hehehehe...

    Btw, itu cerpennya kalau ditulis ulang dan dikirim ke Bobo bisa dimuat lho, Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah..iya yah...kenapa baru kepikiran.hihi
      Terimakasih mas idenya...
      Yang penting skrg kan hasilnya dollar2...hihi

      Delete
  3. Replies
    1. Hmmm..yg good yg bagian mana?
      Yg dibully atau yg cerpen...hehe

      Delete
  4. Terkadang diremehkan orang bikin kita jauh lebih struggle ya mbak.. huhu aku malah nggak punya kenangan apa-apa soal mading :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mbak, cobaan itu memberi kekuatan.
      Lah kok ga punya kenangan...?
      Blom ada mading ya mbak?

      Delete
  5. Ternyata ada cerita unik dan sedih dari sebuah mading sekolah. Senangnya karena happy ending jadi lebih tahan banting dan lebih kuat. Bravo...!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes..betul mbak.
      Peristiwa masa lalu itu sll baik dan bisa diambil hikmahnya.
      Salam kenal...:)

      Delete
  6. emang keren nih mb Archa dr dulu multitalenta (y)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyak maunya ini mbak...dan tukang penasaran...jadinya gini..hehe

      Delete
  7. Bullying memang bisa berujung dua, mematikan kreativitas orang lain atau justru meningkatkan kreativitas orang lain. Mbak Bella bisa menunjukkan bahwa diremehkan justru menjadi pembuktian atas prestasi-prestasinya ya :) Salut sama Mbak Bella :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. we deserve to choose whether good or bad ,mbak.
      Dan saya memilih untuk wake up and move on...
      Salam peluk... :)

      Delete

Silakan beri komentar ya, saya pasti balas asal NO SPAM dan NO SARA. Thank you...