Kemarin tanggal 17 Agustus 2010,kita baru aja memperingati hari kemerdekaan RI yang ke 65.Selain itu kami juga ngerayain kuecil-kuecilan banget nget alias sederhana HUT-nya Enrico yang kedua tahun dirumah dengan menu alakadarnya alias apa yang tersimpan dilemari dan kulkas.Mommy Tika bikin Pancake Coklat saus Caramel.Biar sederhana yang penting yummy..(hehehe..muji diri sendiri gak papa dong :P).
Perayaan HUT
dengan kebersahajaan dan keprihatinan karena memang bangsa Indonesia lagi prihatin.Banyak ketimpangan disana-sini,ledakan gas elpiji disana-sini,tuduhan tak berdasar disana-sini,pengabaian masyarakat kecil dan janda2 yang hak tanah dan rumahnya disengketakan karena diklaim milik negara,ketidak adilan yang membuat seorang bapak yang kehilangan anaknya 17 th yang lalu dan tidak pernah "didengarkan" jeritannya oleh penguasa dan sampai2 membuatnya mengumpulkan serpihan tenaga rapuhnya untuk BERJALAN KAKI dari Malang sampai ke Jakarta,hingga tampangnya tak karu2an,diterpa debu dan sadisnya jalanan.Padahal dia orang yang mampu sejatinya.Hanya untuk secuil keadilan.
Dan beberapa waktu yang lalu,tak sengaja aku baca posting dari salah seorang seniorku waktu kuliah,Mas Cobus,yang menulis tentang "dasyatnya" attitude dan budaya bangsa kita.coba deh simak...
Mungkin artikel dari majalah Gatra ini sudah lama (Agustus 2008), akan tetapi menurut aku masih menarik untuk didiskusikan. Karena bila melihat fakta dan realitas yg ada di negara kita...

berikut artikelnya :
INDONESIA VS INDIA
--------------------------------------------------- ---------------------------------------
Tylla Subijantoro, mahasiswi S-2 ilmu hukum Universitas New Delhi, India, tiba-tiba mencuri perhatian. Pertanyaan Tylla kepada Presiden Yudhoyono konon membuat SBY marah. "Saat berdialog dengan masyarakat Indonesia di India, ada warga yang sejak mulai bicara sampai selesai menjelek-jelekkan negeri kita dan memuji luar negeri. Saya menyesalkan," kata SBY di Tanah Air.
Apa yang ditanyakan Tylla kepada SBY pada pertemuan 23 November lalu itu? Berikut petikan perbincangan Tylla dengan Basfin Siregar dari Gatra:
Benarkah Anda menjelek-jelekkan bangsa sendiri?
Saya tidak terima dibilang menjelek-jelekkan bangsa! Yang saya jelek-jelekkan itu pemerintah. Saya membandingkan kebijakan Pemerintah India dengan SBY. Saya lihat Pemerintah India memberi subsidi gede banget untuk pendidikan. Adalah salah pemerintah kalau pendidikan di Indonesia makin nggak terjangkau!
Berapa uang kuliah Anda di India?
Untuk program S-2 dua tahun, saya cuma bayar US$ 600, sekitar Rp 6 juta. Itu sudah all-in, sudah admission fee dan tuition fee. Tinggal mikir biaya hidup. Dan biaya hidup di Delhi sama dengan di Jakarta. Uang US$ 600 itu pun karena saya foreigner yang bayar lebih mahal. Soalnya, duit saya itu dipakai buat subsidi warga India asli. Kalau orang India yang kuliah, setahun bayarnya cuma 700 rupee, sekitar Rp 40.000.
Bagaimana dibandingkan dengan biaya di Indonesia?
Tahun lalu, saya mendaftar program notariat. Untuk semester pertama saja habis Rp 50 juta.
Anda kaget ketika SBY marah?
Sebenarnya SBY marah bukan karena pertanyaan saya. Melainkan karena waktu SBY ngasih penjelasan, eh, saya malah bisik-bisik ke teman. Saya bilang, ''Ah, SBY mau ngomong apa, nyatanya anaknya disekolahin ke luar negeri juga. Berarti dia setuju pendidikan di luar negeri bagus.''
Reaksi SBY bagaimana?
SBY sepertinya menganggap saya anak yang kaget. Baru sekali sekolah di luar negeri, kok, sudah sombong banget. Soalnya, SBY bilang bahwa dia sudah sembilan kali sekolah di luar negeri, dan pendidikan di Indonesia nggak jelek. Tapi kenyataannya, di ranking dunia, pendidikan Indonesia kan nggak masuk?
Ketika dibentak, reaksi Anda sendiri bagaimana?
Saya senyum aja, terus diem nunduk-nunduk, manggut-manggut minta maaf. Terus saya perhatikan lagi. Tapi saya bisik ke teman itu cuma beberapa detik aja kok. Sepanjang sebelumnya saya juga memperhatikan penjelasan SBY.
Seperti apa jawaban SBY waktu menjawab pertanyaan Anda?
Ya pokoknya pemerintah sudah bekerja, bahwa pendidikan di Indonesia tidak jelek. Pendidikan di luar negeri ada yang bagus, tapi ada juga yang lebih jelek dibanding di Indonesia. Begitu. Terus waktu menjawab soal buku-buku murah, SBY bilang kalau pemerintah juga sudah menyiapkan content (materi) untuk buku-buku SD, bagaimana agar bisa kepake untuk sekian generasi. Teknis begitu. Itu kan nggak nyambung dengan apa yang saya sampaikan.
Seperti apa subsidi pendidikan di India?
Di sini, buku murah luar biasa, bahkan buku-buku impor karena pemerintah memberi subsidi kertas! Selain itu pemerintah juga bikin kerja sama dengan penerbit-penerbit gede kayak Penguin Books agar buku-buku mereka bisa dicetak di India, jadi bisa dijual lebih murah. Buku-buku kuliah saya, kalau dikonversi ke rupiah, paling mahal cuma Rp 10.000. Kalau di Indonesia, saya bisa keluar sampai Rp 2,5 juta untuk beli buku saja. Dan karena subsidi kertas itu, harga langganan koran juga murah. Saya itu langganan satu koran, satu majalah berita semacam Gatra, dan satu majalah wanita. Nah, untuk langganan tiga media itu, sebulannya saya cuma bayar 110 rupee, atau sekitar Rp 22.000. Selain itu di India, pelajar dapat fasilitas kartu abonemen yang harganya cuma 50 rupee, atau sekitar Rp 10.000, yang berlaku selama empat bulan. Dengan kartu pas itu, selama empat bulan kita bisa gratis naik bis pemerintah jurusan apa aja. Mau keliling-keliling Delhi juga boleh. Meski bisnya bobrok, tapi nyaman. Berhentinya juga cuma di halte. Kartu abonemen itu selain untuk pelajar, juga dikasih untuk pegawai negeri, tentara, orang jompo dan physically disabled (orang cacat). Itu untuk transportasi.
Tidak takut dianggap melebih-lebihkan India?
Lho, justru karena saya cinta bangsa Indonesia, saya ingin pemerintah belajar kepada India. Orang Indonesia itu pintar-pintar. Tapi, soalnya, pemerintah tidak bisa memfasilitasi pendidikan murah. Para insinyur di India mampu bersaing untuk masuk di Microsoft. Sedangkan di Indonesia hanya beberapa orang saja yang beruntung. Maka tolonglah pemerintah bikin agar pendidikan itu affordable.
Tapi, pendidikan di Indonesia kan ada juga bagusnya?
Kalau mau jujur, infrastrukturnya lebih bagus. Di kampus sudah ada lift, whiteboard, pakai OHP. Kalau di sini enggak. Naik dari lantai I ke lantai IV masih manual, masih pakai kapur tulis, terus nggak ada AC. Tapi, kalau kualitas content-nya, kita kurang.
Kalau pengajarnya bagaimana? Kalau di India enaknya, dosen-dosen itu bisa dihubungi kapan saja. Kayak Amartya Sen, peraih nobel, kalau mahasiswanya minta diskusi private session, masih dilayanin. Nggak susah. Bahkan presidennya sendiri, Abdul Kalam, dia juga mengajar, dan masih bisa ditelepon! Saya pernah bareng mahasiswanya makan malam bareng Abdul Kalam. Saya lihat Abdul Kalam itu dikritik mahasiswanya yang orang India, ditunjuk-tunjuk gitu, dia nggak marah kok. Masih santai aja.
Setelah pertemuan dengan SBY itu, apakah Anda ditegur, misalnya oleh orang KBRI?
Ah, nggak. Orang KBRI itu asyik-asyik. Yang ribut itu justru pegawai negeri (dari Indonesia) yang tugas belajar ke India. Mereka pada marah. Dibilangnya saya itu anak itik yang baru keluar dari induknya, kaget. Padahal saya kan juga bukan baru pertama kali ke luar negeri. Sebelumnya saya kan juga sempat ikut summer course atau homestay gitu. Tapi kan nggak kompatibel kalau membandingkan Indonesia dengan negara-negara maju. Makanya dibandingin dengan India.
So kesimpulannya Indonesia sangat2 ga ketinggalan tingkat intelegensinya dibanding bangsa lain.Jangankan dengan negara selevel income percapitanya.dengan yang jauh lebih maju pun,bener2 bisa dibanggakan prestasi kita punya orang.Kemaren aku mampir ke bookstore (I really addicted),baca2 Guiness book of Record,orang Indonesia banyak juga yang tercatat.Tau rubic kan,kotak dengan warna2 beda itu,orang Indonesia jagonya,mau merem kek,pake kaki kek,dalam air kek,kita jabanin.So,kenapa hrs minder.Orang Indonesia pinter2 kok,tinggal gimana manfaatin kepinteran kita buat hal2 yang berguna,bermutu,tidak asal-asalan,berdedikasi tinggi dan selalu optimis kita bisa.Niscaya kendala2 yang udah "SANGAT KLISE SEKALI" itu bisa teratasi.Yang agak ketinggalan dibanding negara lain aku pikir moralitasnya.Kayanya pelajaran PMP jaman SD,kalo aku ga salah,sekarang apa udah hilang atau diganti nama ya,mungkinkah yang namanya PPKN ntu?Moralnya diganti jadi Pendidikan Kewarganegaraan apa apalah.Whatever-lah,intinya menurutku lagi lo ya,kok kurang "nendang" diterimanya dibandingkan dulu.hiks..jadi prihatin.Because the important thing usually begins from the simple thing,i think..so teman-temin,saudara-saudari,bapak-bipik-iba -ibu..(halah)
We have to make a breakthrough among powerlessness.BRAVO ORANG INDONESIA..MERDEKA!!!
No comments
Silakan beri komentar ya, saya pasti balas asal NO SPAM dan NO SARA. Thank you...